Oleh: Akbar Aba
Idul Fitri adalah momentum untuk menguatkan niat menggapai ridha Ilahi, karena dengan niat yang kuatlah yang dapat menghantarkan diri menuju iman dan taqwa-Nya. Hari kemenangan dan membahagiakan, dalam bentuk silaturahmi dan bermaafan sehingga kembali kepada fitrah serta lebur, yaitu sirnanya dari segala kesalahan dan dosa hingga hari itu disebut sebagai hari lebaran, hari yang semua menjadi halal buah dari adanya kesadaran diri untuk menjadi orang yang rendah hati dan merasa tidak sombong dan besar hati serta takabur.
Bulan Ramadan sendiri adalah bulan yang penuh pengorbanan dan refleksi diri, di mana umat Islam berpuasa dan memperbanyak ibadah sebagai bentuk pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah.
Setelah melewati bulan Ramadan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan ketekunan, Idul Fitri menjadi momen untuk merayakan kemenangan dan keberhasilan dalam mengendalikan hawa nafsu selama bulan suci tersebut. Idul Fitri juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman serta mengampuni kesalahan sesama dan memaafkan.
Dalam maknanya yang sebenarnya, Idul Fitri juga menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai Islam yang mendorong umatnya untuk hidup saling menghormati, saling membantu, dan saling mencintai. Oleh karena itu, selain merayakan keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa, Idul Fitri juga merupakan momen untuk merenungkan dan mengevaluasi diri sendiri serta melanjutkan perjuangan dalam meningkatkan kualitas hidup beragama dan sosial di masyarakat.
Dalam era yang semakin modern ini, penting bagi umat Islam untuk memaknai Idul Fitri dengan benar, bukan hanya sebagai momen untuk berpesta atau merayakan kebebasan makan dan minum setelah berpuasa selama sebulan. Melainkan, menjadikan Idul Fitri sebagai momen untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, serta memperkuat solidaritas dan persatuan dalam keberagaman masyarakat Indonesia.