Mengenal N. Jean Piaget Sebagai Tokoh Konstruktivisme dalam Dunia Pendidikan

N. Jean Piaget



Jean Piaget adalah seorang epistemolog dan psikolog berkebangsaan Swiss yang tertarik kepada dunia pendidikan karena merasa tidak puas dengan teori para ahli pendidikan yang sudah ada (Munari, 1994). Sebagai seorang epistomolog, Piaget mempelajari pola berpikir anak yang akhirnya bisa diketahui bagaimana pengetahuan seseorang bisa diperoleh (Dahar,1989). Metode dan prinsip yang dikemukakan Piaget tentang proses belajar ternyata banyak diakui oleh ahli-ahli pendidikan dari berbagai negara (Munari, 1994). Piaget lahir pada tahun 1896 dan meninggal tahun 1980 (Munari, 1994). Di usia 15 tahun, Piaget mulai mempublikasikan ketertarikannya tentang penelitian ilmiah dalam jurnal internasioanal. Gelar Ph.D diperoleh Piaget saat usianya 21 tahun dalam bidang biologi. Oleh karena itu teori-teori perkembangan intelektualnya banyak dipengaruhi oleh keahliannya di bidang biologi. Salah satunya Piaget berpendapat bahwa proses untuk memperoleh pengetahuan merupakan proses adaptasi intelektual terhadap pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang (Suparno, 1997). Proses ini sama halnya dengan proses adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya. Peranan Piaget di dunia pendidikan semakin besar setelah menduduki jabatan sebagai Direktur International Bureau of Education (IBE) pada tahun 1929. Sejak tahun tersebut sampai tahun 1967, Piaget rajin membuat tulisan untuk Dewan IBE dan Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum. Piaget sangat tertarik untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pendekatan ilmiah.
Beberapa persepsi Piaget tentang pendidikan adalah (Munari,1994) dengan menyatakan bahwa memaksa merupakan metode mengajar yang paling buruk, karena tanpa paksaan siswa akan merekonstruksi apa yang dipelajarinya jika siswa tersebut aktif bereksperimen. Persepsi lain yang mendasar adalah pentingnya partisipasi aktif siswa dalam proses belajar. Proses belajar yang baik menurut Piaget adalah yang mengajarkan siswa untuk berinquiry atau berproses sesuai kodratnya manusia. Jadi belajar yang sebenarnya adalah mengatasi lagi, mengkonstruksi kembali, dan menemukan kembali yang dilakukan oleh siswa sendiri. Dikaitkan dengan psikologi menurut pandangan Piaget, psikologi modern mengajarkan kita bahwa hasil intelegensi adalah melalui tindakan karena itu latihan penelitian harus ada dalam setiap strategi belajar mengajar.
Hasil Karya Piaget dalam dunia Pendidikan 
Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam dunia pendidikan (Suparno,1997). Konstruktivisme dalam dunia pendidikan dapat diartikan bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Dalam teori konstruktivisme yang dikemukakan Piaget, pengetahuan atau konsep yang dimiliki anak bisa diperoleh melalui dua cara. Pertama melalui asimilasi, yaitu integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang dimiliki. Sedangkan yang kedua melalui akomodasi, yaitu terbentuknya konsep baru pada anak karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman baru yang diperolehnya. Piaget juga mengemukakan istilah equilibrium yaitu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan akomodasi yang dikemukakan dalam teori konstruktivisme Piaget dapat terjadi atas dasar adanya skema yang dimiliki tiap anak. Menurut Piaget, skema adalah struktur pengetahuan awal yang ada dalam pikiran seseorang (Suparno, 1997). Skema bisa berubah seiring dengan perkembangan intelektual anak dan penambahan pengalaman yang dimiliki anak. Contohnya, anak memiliki skema awal bahwa semua tumbuhan memiliki daun berwarna hijau. Kemudian seiring dengan pengalaman belajar yang dimiliki akhirnya terbentuk skema baru bahwa tidak semua daun berwarna hijau melainkan ada yang merah atau ungu tergantung dari pigmen yang dimiliki daun tersebut. Berarti terjadi akomodasi dalam pembentukan konsep tersebut. Bagi Piaget, pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang bukan di luar. Karena sifatnya pribadi maka perkembangan kognitif anak tidak akan berubah jika anak tersebut tidak beraktifitas dalam lingkungannya. Belajar adalah perubahan konsep yang berarti berubahnya skema yang terjadi terus menerus sepanjang hidup. Konstruksi dari kegiatan seseorang akan menghasilkan pengetahuan (Suparno,1997). Ada tiga macam pengetahuan yang dikemukakan Piaget (Piaget,1971;Wadsworth,1989 dalam Suparno,1997) dan setiap pengetahuan memerlukan kegiatan atau tindakan. Pengetahuan pertama adalah pengetahuan fisis. Kegiatan yang harus dilakukan anak untuk memperoleh pengetahuan fisis adalah melalui tindakan dengan alat inderanya karena merupakan pengetahuan tentang sifat fisis seperti bentuk, ukuran, dan berat. Yang kedua pengetahuan matematis-logis yang merupakan bentuk pengetahuan yang harus dikonstruksi sendiri oleh anak karena pengetahuan itu tidak ada bentuk fisiknya misalnya bilangan. Yang ketiga pengetahuan sosial yaitu pengetahuan yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Ketiga bentuk pengetahuan itu akan diperoleh anak melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Karya yang paling monumental Teori konstruktivisme atau teori perkembangan kognitif dalam belajar adalah karya Piaget yang paling terkenal. Menurut teori konstruktivisme, guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator agar pemikiran muridnya berjalan sebagaimana mestinya. Guru harus bisa mengaktifkan muridnya untuk berfikir sebab pada kenyataannya saat datang ke sekolah, seorang anak tidak datang dengan pengetahuan  kosong. Anak sudah mengalami banyak peristiwa yang menjadi pengalamannya. Tinggal bagaimana pengalaman tersebut diolah sehingga menghasilkan suatu konsep atau persepsi yang benar.
Karya Piaget lain yang monumental adalah teori perkembangan kognitif untuk anak. Dalam teorinya Piaget berpendapat bahwa anak-anak memiliki perbedaan tingkat pemahaman untuk tingkat usia yang berbeda. Piaget (dalam Wortham,2006) membedakan tingkat kognitif anak menjadi tiga yaitu:
  1. Tingkat Sensorimotor untuk anak baru lahir sampai usia 18 bulan. Pada tahap ini bayi memperoleh pengetahuan melalui aktifitas fisik.
  2. Tingkat Preoperasional untuk anak usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak mendapatkan pengetahuan melalui tindakan simbolik seperti kata-kata.
  3. Tingkat Operasional Konkrit untuk anak usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak memperoleh pengetahuan simbolik dan logis. Alasan anak logis untuk hal-hal konkrit.
Teori Piaget sebagai salah teori pendidikan abad 20 dijadikan salah satu acuan. Artinya teori ini memiliki peran dalam memajukan pendidikan di Eropa dan Amerika pada saat itu. Penulis sendiri termasuk yang mengagumi teori Piaget terutama dalam proses pembelajaran. Karena teori ini memiliki keunggulan-keunggulan antara lain sangat memperhatikan latar belakang siswa, mengutamakan pendekatan “student centered” dalam proses pembelajaran dan menuntut guru agar lebih profesional dalam bidangnya. Latar belakang siswa menjadi penting dalam teori ini karena siswa-siswa datang dari kondisi yang berbeda baik suku, budaya, lingkungan rumah dan keluarga, kemampuan dan sebagainya.
Dengan memperhatikan latar belakang siswa, guru akan lebih memahami pengetahuan atau skema awal siswa sebelum memulai pelajaran sebab hal ini penting dalam rangka menambah pengetahuan siswa agar pengetahuan baru tersebut terasimilasi atau terakomodasi dalam pikiran siswa tanpa ada keragu-raguan. Begitu pula dengan menjadikan pendekatan “student centered” sebagai yang utama, maka proses belajar harus bersumber pada siswa agar proses pembelajaran lebih cocok bagi siswa sendiri.
Teori Piaget ini bisa menjadi alternatif dari teori-teori yang lain yang bisa diterapkan di Indonesia. Indonesia (dalam Komar, 2006) memiliki sistem pendidikan nasional dengan ciri-ciri nasionalis, demokrasi, dan pemerintah mewajibkan pelajaran agama di sekolah-sekolah. Dari ciri nasionalis sudah jelas bahwa isi dan jiwa pendidikan harus berdasarkan kebudayaan sendiri, ini berarti walau sistem pendidikan yang dijalani sekarang mencontoh pada negara maju akan tetapi perlu diperhatikan latar belakang kita sendiri. Dari ciri demokrasi dijelaskan bahwa pendidikan harus menanamkan cara berfikir dan berinisiatif atas kemauan sendiri, artinya proses belajar mengajar harus sejalan dengan hati nurani antara guru dan siswanya termasuk kemauan dan kemampuannya. Ciri-ciri ini sebenarnya juga menjadi dasar teori Piaget untuk menekankan rekonstruksi pada siswa dengan memperhatikan aktifitas siswa dalam lingkungannya sesuai dengan kemampuannya sebagai latar belakang. Tujuan akhirnya agar pendidikan yang ditempuh siswa lebih menjiwai siswa itu sendiri.

 
Rujukan Artikel : 
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Komar, O. (2006). Filsafat Pendidikan Non Formal. Bandung: Pustaka Setia.
Munari, A. (1994). “Jean Piaget”. Prospect: the quarterly review of comparative education. 24,
(1/2), 311-327.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Wortham, Sue C. (2006). Early Childhood Curriculum. New Jersey: Pearson Merrill Prentice
Hall.

Tags :-

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !