Kebudayaan lahir dan berkembang dalam sistem kehidupan masyarakat. Ada berbagai macam definisi tentang kebudayaan. Mulai dari buah dari pikiran manusia hingga ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Ilmu seputar kebudayaan
dan perilaku manusia dipelajari dalam Antropologi. Menurut ilmu Antropologi,
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam kehidupan masyarakat yang diperoleh dengan cara belajar, dikutip dari
buku Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya oleh Tedi Sutardi."
Koentjaraningrat memberi pengertian budaya sebagai sebuah
sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh
manusia yang di dalam kehidupannya yang bermasyarakat. Selain itu
Koentjaraningrat juga mendefinisikan budaya lewat asal kata budaya dalam bahasa
Inggris yaitu "colere" yang kemudian menjadi
"culture" dan didefinisikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai buah
budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni zaman dan alam. Hal itu merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
Sementara Kesenian adalah unsur kebudayaan yang berkaitan
dengan estetika atau keindahan yang dimiliki oleh setiap manusia. Estetika ini
melahirkan beragam karya seni yang berbeda antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lain. Seperti halnya kesenian yang terlahir di kabupaten Subang.
Asal usul nama Subang sendiri yang didapat dari berbagai sumber yang dapat dijadikan acuan diantaranya
adalah dari cerita rakyat (folklor) serta tulisan-tulisan sejarah atau ingatan
kolektif masyarakat Subang. Ada beberapa versi tentang asal usul nama Subang,
namun sampai saat ini belum ada yang bisa dijadikan sebagai data toponimi
daerah Subang.
Berdasarkan
pada ceritera rakyat yang ada dan berkembang di tengah masyarakat, kata Subang
berasal dari nama seorang wanita dalam Babad Siliwangi, yakni Subanglarang atau
Subangkarancang. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya ceritera atau kisah yang
terdapat dalam Babad Pajajaran. Babad Pajajaran mengisahkan bahwa di daerah
Karawang terdapat sebuah pesantren yang diasuh oleh Syeh Datuk Quro, pada waktu
itu salah satu santri perempuan yang belajar di pesantren tersebut bernama Subanglarang
atau Subangkarancang. Kemudian menurut versi
yang lain, Kata Subang juga berasal dari kata Subang yang merupakan nama daerah
yang ada di Kuningan. Karena pada masa beroperasinya perusahaan yang mengelola
perkebunan yakni P & T Land yang dipimpin oleh PW. Hofland, yang merupakan
orang Belanda penguasa perkebunan karet, kopi, teh, tebu di daerah tersebut.
Untuk mengelola perkebunan tersebut diperlukan tenaga kerja yang sangat banyak,
maka didatangkan para pekerja dari berbagai daerah antara lain dari daerah
Subang Kuningan.
Versi
lain dari ceritera rakyat mengatakan bahwa kata Subang berasal dari kata
Suweng. Suweng merupakan istilah untuk menyebut perhiasan yang dipakai wanita
di daun telinganya, atau biasa disebut juga dengan kata anting. Sementara itu
ada yang berpendapat bahwa kata Subang berasal dari kata Kubang, berdasarkan
pada ceritera rakyat dikisahkan bahwa di daerah Subang tepatnya di daerah
Rawabadak terdapat kubangan atau rawa tempat mandi badak. Kemungkinan adanya
hewan badak di daerah Subang secara ilmiah belum ada bukti artefak yang
ditemukan.
Wilayah
kabupaten subang secara topografi terdiri dari 3 dataran yaitu pegunungan,
dataran rendah dan laut pantai utara (pantura). Dengan luasnya kabupaten
subang, melahirkan peradaban kebudayan dan kesenian yang menjadi hasil
pemikiran masyarakat Subang pada saat itu. Berbagai kebudayaan dan kesenian
yang ada di kabupaten subang, diantaranya :
1. Genjring bonyok adalah jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten
Subang yang mempunyai alat musik utama bedug dan genjring. kesenian tersebut
mulai lahir dan berkembang di Kampung Bonyok merupakan kesenian yang trispirasi
dari kesenian Genjring Rudat. Kesenian tersebut berkembang sesuai dengan
keinginan masyarakat yang membutuhkan hiburan. Alat musik (Waditra)yang di
gunakan dalam perkembanggannya hanya menggunakan satu buah Bedug,tiga buah
genjring. kemudian Genjring Bonyok mengalami perkembangan dengan menambahkan
atau memadukan alat music dari kesenian yang sedang berkembang pada waktu itu..
Pagelaran Genjring Bonyok tidak hanya sebagai alat helaran pada acara hajat,
akan tetapi Genjring Bonyok dapat di pergelarkan di atas panggung. dan Genjring
Bonyok juga bisa memakai penari dan koreografi yang baik.
2. Sisingaan adalah simbol bentuk perjuangan masyarakat Kabupaten Subang
terhadap penguasa, atau penjajah dari ketertindasan, pada waktu kekuasaan Sekutu
Inggris. Dalam kesenian sisingan terdapat anak yang baru disunat yang
menunggang patung singa yang melambangkan generasi penerus bangsa, kemudian
anak penunggang patung singa dipayungi oleh paying sebagai simbol pelindung
generasi penerus bangsa, pengusung 4 orang (penanggung) melambangkan masyarakat
pribumi yang tertindas. ( Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Subang, 2018)
3.
Kesenian doger merupakan tarian pergaulan yang
dibawakan oleh penari wanita atau ronggeng diiringi oleh waditra gamelan yang
dimainkan oleh beberapa orang nayaga berdasarkan fungsinya dan dipimpin oleh
seorang pimpinan yang disebut Lurah kongsi. di Kabupaten Subang pada
awalnya kesenian Doger sebagai media hiburan masyarakat di wilayah perkebunan
dan dipergelarkan Di pelataran, secara berkeliling, sekarang kesenian Doger
disajikan di atas panggung, sebagai media hiburan atau apresiasi masyarakat.
4.
Kesenian gembyung merupakan kesenian tradisional yang menggunakan
gending sebagai alat utama. Kim Young pada saat pagelaran selalu menampilkan
alunan musik yang sangat tradisional dan musik dilantunkan juga mengandung
unsur-unsur yang sakral atau mistis. hal tersebut dipegang Teguh oleh
para seniman gemiung untuk menjaga keaslian seni tradisi yang diwariskan
oleh leluhur nya. gemblong terdiri dari beberapa unsur yaitu waditra,
pangrawit, pemain alat musik atau nayaga.
5.
Kesenian toleat merupakan produk budaya masyarakat Subang. toleat
merupakan permainan anak gembala di daerah Pantura tepatnya Pamanukan Kabupaten
Subang yang kemudian menempuh tahap evolusi baik itu bentuk ataupun bahan dan
fungsinya. tolet terbuat dari bahan bambu atau disebut bambu
Tamiang. tolet berfungsi sebagai kalangenan, pintonan dan kontemporer.
6.
Ruwatan bumi adalah ungkapan syukur atas hasil yang diperoleh dari
bumi. doa dan pengharapan untuk setahun kedepan dalam memasuki
musim yang baru dalam pertanian dan perkebunan dan serta penghormatan kepada
leluhur. ruwat dalam bahasa Sunda artinya mengumpulkan dan merawat.
yang dikumpulkan dan dirawat adalah masyarakat dan hasil buminya. Ruwatan bumi
juga disebut hajatan bumi.
7.
Mapag Dewi Sri adalah sama halnya dengan ruwatan bumi yaitu
upacara cara agar yang di lakukan sebagai perwujudan rasa syukur para petani
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan pangan yang bagus dan
melimpah. upacara Ini juga merupakan perwujudan rasa hormat para petani kepada
Dewi Sri, yang identik dengan Dewi padi lambang kesuburan dan kehidupan. serta
salah satu upaya melestarikan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.
8. Nadran merupakan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir laut di desa Blanakan Kabupaten Subang. upacara Nadran telah dilaksanakan oleh masyarakat desa Blanakan sebanyak tahun 1950 secara turun-temurun karena amanat dari nenek moyang penduduk desa supaya melaksanakan upacara Nadran setiap tahunnya yang biasa dilaksanakan di setiap bulan Agustus atau kebanyak masyarakat menyebutnya dengan Pesta Laut.
(Kukun kurniawan)
Sumber :
1.
http:// subang.go.id
2.
Tedi Sutardi, buku Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya, Bandung : Setia Purna Inves, 2007